Berikut tahap-tahap proses komputer booting hingga dapat dioperasikan oleh penggunanya.
1. Switch On
Pada tahap ini komputer sudah dipastikan tersambung dengan perangkat input/output dan sumber tegangan. Ketika tombol power pada casing ditekan, switch akan menyala melalui kaki-kaki power pada motherboard dengan tujuan mengalirkan tegangan listrik AC masuk ke power supply dan mengubahnya menjadi tegangan DC ke motherboard. Ketika motherboard dialiri tegangan, setiap komponen yang terpasang akan dialiri arus listrik sehingga berfungsi sebagai peranti elektronik.
2. POST (Power on Self Test)
Komponen yang pertama kali berperan dalam memeriksa setiap peranti yang terhubung pada motherboard adalah BIOS (Basic Input Output System) yang merupakan memori khusus untuk menyimpan daftar peranti keras yang terpasang pada motherboard. Pada tahap ini, sistem akan memeriksa semua komponen, baik itu tegangan, fan CPU, CPU clock, memori, hard disk, Setelah dipastikan tidak terjadi masalah, komputer akan mengirimkan informasi berupa tampilan data hardware komputer ke layar.
3. Find Bootable Device
Setelah semua hardware running, langkah selanjutnya adalah mencari letak alamat bootable device baik itu , DVD, CDR maupun hard disk bootable device adalah menjaga kemungkinan jika terjadi kegagalan pencarian pada device pertama, sistem akan melanjutkannya pada device kedua. Setelah ditemukan, sistem akan melewati proses pada device tersebut. Jika tidak, sistem akan memberi pesan error bahwa tidak ada peranti yang dapat di-booting.
4. Search Boot Sector
Setelah berhasil menemukan peralatan booting seperti yang telah ditentukan, sistem akan menuju ke boot sector peranti tersebut. Bootable device merupakan peranti yang menyediakan media penyimpanan dengan ukuran tertentu, seperti , CD, DVD, hard disk maupun LAN booting. Setiap media penyimpanan memiliki sector 0 atau yang lebih dikenal dengan MBR (Master Boot Record) yang menjadi titik awal pencarian sistem booting. Setiap sector memiliki ukuran 512 byte sehingga pada sector 0 inilah program loader biasanya ditempatkan. Ketika sistem menemukan pada sector ini, akan di-load atau ditempatkan pada RAM untuk dieksekusi. Jika sistem tidak menemukan dalam sector 0 ini, proses booting berhenti. Akan tetapi, jika sistem booting telah menemukan dalam boot sector ini, akan berhasil di-load ke dalam memori utama. Namun, jika tidak sesuai dengan ketentuan, booting juga berhenti.
5. Loading Boot Loader
Syarat sebuah dapat dianggap sebagai sebuah loader sistem operasi adalah file yang berisi kode program tertentu yang berfungsi menyimpan daftar alamat kernel OS berada dan melakukan load kernel tersebut ke dalam memori utama. File tersebut harus berupa dengan format tertentu seperti ELF yang merupakan bentuk compress bahasa biner agar dapat dimengerti oleh mesin komputer. Setelah berhasil di-load ke dalam memori utama, boot loader tersebut akan mencari lokasi alamat kernel berada. Setelah kernel ditemukan, di-load ke dalam memori dan mengeksekusinya. Pada tahap ini, fungsi dan kerja program boot loader yang tersimpan secara fisik pada alamat boot sector telah selesai.
6. Load Kernel Into Memory
Setelah berhasil program boot loader me-load kernel ke dalam memori, selanjutnya adalah tugas kernel mengambil alih kerja boot loader. Kernel akan memeriksa setiap peranti keras yang terpasang pada motherboard sesuai dengan driver yang dimilikinya. Jika sukses, kernel akan menjalankan aplikasi untuk memudahkan user melakukan interaksi dengan hardware komputer.
7. Operating System Running
Setelah kernel berjalan dan berhasil mengeksekusi beberapa aplikasi, sampai tahap ini sistem operasi telah berjalan dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar