KURANGNYA pengetahuan tentang seks membuat perilaku seks para remaja mengkhawatirkan. Menurut survei yang dilakukan Sexual Behavior Survey 2011, para remaja tersebut berhubungan seks sejak di bangku kuliah.
Di Indonesia, pendidikan seks masih dianggap tabu dibicarakan antara anak dan orangtua. Padahal, pendidikan seks sangat diperlukan agar remaja memiliki pengetahuan yang memadai tentang pentingnya menjaga organ-organ reproduksi serta menanamkan nilai- nilai moral yang berkaitan dengan masalah seksualitas.
Pengetahuan mengenai masalah seks yang seharusnya bersumber dari orangtua, justru tidak tersampaikan dengan baik. Akibatnya, banyak remaja yang notabene sedang mengalami, baik perubahan fisik maupun hormon, berusaha mencari tahu sendiri melalui berbagai sumber.
Sayangnya, sebagian besar remaja memilih sumber informasi yang salah dan kurang bisa dipertanggungjawabkan. Misalnya dari teman, internet, dan media-media porno yang saat ini mudah diakses.
Hal tersebut menyebabkan informasi serta interpretasi yang didapat seringkali salah, tidak tepat sasaran, bahkan berakibat buruk. Tidak hanya berdampak pada kurang pahamnya remaja mengenai efek dari perilaku seks yang mereka lakukan, namun juga tidak siapnya mereka menanggung akibat dari kegiatan seks tersebut.
Remaja yang hamil di luar nikah, tingkat aborsi yang tinggi, serta penyakit kelamin merupakan akibat dari kurangnya pendidikan seks bagi remaja. Bukti terbarunya bisa dilihat pada studi bertajuk Sexual Behavior Survey 2011 yang dilakukan oleh DKT Indonesia, produsen dua merek kondom terlaris, Sutra dan Fiesta.
Studi ini meneliti perilaku seksual remaja usia 15–25 tahun. Penelitian dilakukan melalui teknik wawancara langsung terhadap 663 responden di lima kota besar, yaitu Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Bali pada Mei lalu. Hasil penelitian tersebut di antaranya mengenai perilaku seksual bersama pasangan. Rata-rata mereka berhubungan seks pertama kali saat berada di bangku kuliah, yaitu usia 19 tahun.
“Memang sangat muda sekali, para remaja tersebut sudah mulai berhubungan seks. Bahkan, beberapa penelitian menunjukkan usianya lebih muda lagi,” kata Senior Brand Manager Sutra dan Fiesta Condoms, DKT Indonesia Pierre Frederick saat memaparkan hasil Sexual Behavior Survey 2011 oleh DKT Indonesia di Hotel Four Season, Jakarta beberapa waktu lalu.
Para partisipan, lanjut Pierre, umumnya melakukan hubungan seks bersama pacar (88 persen), yang wanita dengan sesama jenis (9 persen), dan yang pria bersama pekerja seks (8 persen). Terkait keterbukaan dengan orangtua, juga sangat minim.
Hasil survei menunjukkan, responden mengaku membahas kegiatan seksualnya paling sering dengan sahabat atau teman dekat sebesar 93 persen. Disusul bersama pacar (21 persen), baru dengan ibu (10 persen), kakak atau adik (9 persen), dan ayah (2 persen). Ketika ditanya dari mana mereka belajar masalah seks, kebanyakan responden menjawab paling banyak dari teman (64 persen). Lalu berturut-turut dari film porno, orangtua, pengalaman pribadi, dan internet.
"Peran orangtua jauh di bawah peran teman-teman dan DVD porno bajakan yang sangat murah dan mudah diperoleh,” ujar dia.
Di antara responden yang pernah berhubungan seks, 4 persen di antaranya mengaku pernah hamil. Jika ingin melakukan aborsi, mereka umumnya mengonsumsi jamu tertentu (48 persen). Meski begitu, banyak juga yang mendatangi klinik (28 persen), dukun aborsi (26 persen) dan dukun bayi (11 persen).
Sementara itu, tingkat kesadaran penggunaan kondom di kalangan para remaja ini telah mengalami peningkatan dari survei sebelumnya yaitu mencapai 87 persen. Namun, hal itu dinilai belum memadai. Sebab, ditemukan tiga dari 10 responden ternyata masih melakukan cara tidak aman untuk mencegah kehamilan. Seperti melakukan sanggama terputus, minum obat, jamu, dan suntikan.
Terungkap juga bahwa para partisipan saat berhubungan seks lebih takut hamil dibanding takut berdosa. Tod Callahan, Country Director DKT Indonesia mengemukakan, hasil survei perilaku seks remaja ini memang tidak bisa menggambarkan populasi seluruh remaja Indonesia.
“Tetapi dari sudut pandang kami, hasil survei ini bisa menambah informasi tentang tingkah laku seks orang muda di Indonesia, terutama adalah pengetahuan mereka akan seks yang aman,” kata dia.
Psikolog seksual Zoya Amirin mengatakan, dengan data dan fakta ini, kita sudah tidak bisa lagi menganggap seks adalah hal yang tabu untuk dibahas di lingkungan keluarga sekalipun. Alangkah baiknya, saran dia, pendidikan seks yang tepat mesti dilakukan sedini mungkin untuk mencegah remaja dan kaum muda mendapatkan informasi yang salah dari sumber yang tidak jelas.
“Temuan ini bisa jadi acuan jika kita mau memberikan sex education, yaitu bagaimana dan apa yang harus diajarkan dalam pendidikan seks. Dan, pendidikan seks bukan mengajarkan anak supaya bisa melakukan hubungan seks, tetapi agar usia biologis bisa seimbang dengan perkembangan psikoseksualnya,” kata Zoya.
Menurut dia, di Indonesia hanya ada dua pemahaman tentang seks, yaitu dipahami sebagai sesuatu yang tabu atau sebagai olokolokan vulgar yang cabul. (ftr)
sumber : okezone.com
Post Top Ad
Responsive Ads Here
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Post Bottom Ad
Responsive Ads Here
I don’t know how should I give you thanks! I am totally stunned by your article. You saved my time. Thanks a million for sharing this article.
BalasHapus